Atlet para-bulu tangkis Dheva Anrimusthi berharap emas pertama Kontingen Indonesia dari nomor beregu putra menjadi pelecut semangat atlet Merah Putih untuk mendulang pundi-pundi medali dalam ASEAN Para Games (APG) 2022.. Dheva menjadi penyempurna kemenangan Indonesia atas Thailand pada laga terakhir di Edutorium UMS, Solo

Jakarta - Terletak di jantung ibu kota Indonesia, di depan pusat kekuasaan negara, ternyata Tugu Monas masih menyimpan sejumlah misteri, terutama tentang penyumbang emas yang memoles jilatan api tugu. Tak ada dokumentasi siapa saja yang menyumbangkan emas di Monas. "Memang belum ada dokumentasinya," kata dosen sekaligus sejarawan Universitas Indonesia, Abbdurrahman, saat dikonfirmasi detikcom, Jumat 9/5/2014.Nama Teuku Markam yang disebut-sebut menyumbang emas itu memang bertebaran di internet, namun tak ada dokumentasi resmi atau buku-buku yang mencatat yang mengulas dan mengkonfirmasi benar atau tidaknya informasi itu. Abdurrahman sendiri mengakui informasi nama saudagar Aceh yang beredar itu belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. "Bisa jadi personal, bisa jadi dari dana revolusi itu yang menyumbangkan emas di Monas. Di zaman Bung Karno memang ada dana revolusi," tutur mantan Ketua Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI ini. Di era Bung Karno, imbuhnya, memang ada politik mercusuar yang membangun megaproyek atau landmark seperti Monas, kompleks Senayan, dan jembatan Semanggi. Untuk emas Monas, tak ada catatan yang bisa dikonfirmasi para sejarawan siapa yang menyumbangnya. Memang bertebaran nama saudagar Aceh yang menyumbang emas di Monas, namun tak satu pun ada bukti otentik yang bisa dibenarkan oleh sejarawan."Dari informasi-informasi selama ini kita tidak mendapatkan informasi seperti itu saudagar Aceh yang menyumbang emas. Memang tidak terbuka secara data. Kalau Aceh yang nyata-nyata menyumbang itu dua pesawat itu ya Seulawah pesawat RI pertama cikal bakal maskapai Garuda Indonesia, red. Kalau saja ada dokumen resmi," tuturnya. Mengapa data penyumbang itu tidak tercatat dalam dokumen resmi? Abdurrahman menduga salah satu penyebabnya saat pergantian rezim dari Soekarno ke Soeharto, ada de-Soekarno-isasi. "Pasca Soeharto naik ada de-Soekarno-isasi, begitu juga pasca Soeharto turun, ada de-Soeharto-isasi. Ya itulah poltik," mengakui para sejarawan memang masih meneliti dan mencari tahu mengenai emas Monas ini. Termasuk meneliti dokumen-dokumen di Arsip Nasional."Memang belum ada, kita kalau mengambil acuan dari situ Arsip Nasional. Kadang Kemenhan tidak memberikan ke Arsip Nasional, bisa masih dimuseumkan atau belum dikeluarkan, mungkin terkait kebijakan tertentu. Seharusnya kalau sudah 25 tahun lebih sudah boleh dibaca itu," tutur Abdurrahman. Sebelumnya, sejarawan LIPI Asvi Warman Adam juga mengatakan tidak mengetahui persis siapa pemberi sumbangan emas di puncak Monas ini. Asvi yang ditanya soal emas ini hanya bertutur, memang ada bantuan emas dari beberapa daerah di Indonesia saat pembangunan Monas. Namun siapa orangnya yang membantu, sejarawan LIPI ini tak tahu persis."Kalau soal bantuan emas itu kan memang ada. Tapi kan dibelikan untuk pesawat terbang," kata Asvi Marwan saat ditemui di Universitas Paramadina, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu 7/5/2014.Asvi tak merinci berapa jumlah pesawat yang dibeli Indonesia dari sumbangan emas itu. Namun, selain untuk emas di Monas, sumbangan emas juga digunakan untuk membeli pesawat."Ya emas yang untuk di Monas itu, itu memang untuk pesawat terbangnya ada itu. Sumbangannya ada juga dari Sumatera Barat, ada sumbangan itu. Setahu saya emas yang disumbangkan itu untuk pesawat terbang," paparnya asal muasal emas tersebut, Kepala Unit Pengelola Tugu Monas Rini Hariyani mengaku tak tahu sejarah pastinya. Konon, sebagian besar dari emas itu disumbangkan oleh salah satu putra daerah asal Aceh. Namun sang pengusaha mengalami perlakuan kurang baik ketika era Orde Baru."Pemberian saudagar dari Aceh. Tapi saya nggak tahu, enggak ada cerita sejarahnya dan nggak diberitakan kan dari mana asalnya dulu,” dokumen yang bisa dilansir dari situs Perpustakaan PU, 'Tugu Monas Laporan Pembangunan' yang diterbitkan 17 Agustus 1968, dituliskan lidah api di atas tugu Monas berbentuk kerucut setinggi 14 meter, dibuat dari perunggu seberat 14,5 ton yang terdiri dari 77 bagian yang disatukan, kemudian dilapis emas murni seberat lebih kurang 35 kg. Tidak disebutkan dari mana emas itu demi merayakan ulang tahun emas Repulik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas agar genap 50 kilogram. nwk/nrl
dipuncak hati sang awan di kening surya intan. Pesta Siaga diselenggarakan dalam dan/atau gabungan dari bentuk: Permainan Bersama (kegiatan keterampilan kepramukaan yang dikemas dengan permainan), Pameran Siaga, Pasar Siaga (simulasi situasi di pasar yang diperankan oleh Pramuka Siaga), Darmawisata, Pentas Seni Budaya, Karnaval, Perkemahan
- Monumen Nasional Monas di Jakarta Pusat kembali dibuka secara penuh untuk umum mulai Jumat 01/07/2022. Bagi yang hendak berlibur ke Monas, berikut adalah daftar tempat serta aktivitas yang bisa dinikmati oleh Pelataran Bawah Monas diketahui terdiri dari tiga bagian, yakni Pelataran Bawah atau Pelataran Cawan, Pelataran Puncak, dan Lidah Api. Bagian Pelataran Cawan luasnya mencapai 45×45 meter, dikutip dari laman Museum Jakarta. Adapun jarak antara tinggi Monas hingga area Pelataran Cawan lebih kurang 17 meter. Dari tempat ini wisatawan bisa melihat Taman Monas yang menjadi salah satu area beraktivitas masyarakat di Jakarta. Baca juga Diorama Supersemar di Museum Monas 2. Pelataran Puncak Naik ke bagian lebih atas ada Pelataran Puncak yang areanya semakin kecil, punya luas 11x11 meter. Buat wisatawan yang tertarik menuju ke area Pelataran Puncak, bisa naik lift atau tangga. Lantaran letaknya lebih tinggi dari Pelataran Cawan, wisatawan bisa melihat pemandangan Kota Jakarta. Jika cuaca cerah bisa melihat panorama Gunung Salak serta Kepulauan Seribu. Baca juga Panduan Melihat Jakarta dari Puncak Monas 3. Lidah Api CARINA Miniatur lidah api tugu Monas yang ada di Museum Sejarah Nasional. Foto diambil pada Selasa 25/6/2018. Di bagian atas Monas ada Lidah Api yang tampak mencolok dengan bentuk seperti kobaran api keemasan. Lidah Api tersebut terbuat dari bahan perunggu dengan tinggi 17 meter, berdiameter 6 meter, dengan berat 14,5 ton. Bagian luarnya dilapisi dengan emas seberat 45 kilogram kg dan terdiri dari 77 bagian kemudian disatukan. Baca juga 4 Fasilitas Olahraga Gratis di Monas, Ada Lapangan Bulutangkis 4. Museum Sejarah Perjuangan Nasional ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja Sejumlah warga menikmati suasana di kawasan Monumen Nasional Monas, Jakarta, Sabtu 18/6/2022. Pemprov DKI Jakarta memutuskan kembali membuka kawasan Monas setelah adanya pelonggaran aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat PPKM di Jakarta yang saat ini menerapkan aturan PPKM level 1 namun kini Jakarta dan wilayah sekitarnya masuk ke level 2. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU Selain Monas, wisatawan juga bisa berkunjung ke Museum Sejarah Perjuangan Nasional. Museum yang punya tinggi ruangan sampai delapan meter dengan luas 80x80 meter itu berisi 12 diorama dengan menampilkan berbagai peristiwa bersejarah di Indonesia. Belasan diorama tersebut menggambarkan sejarah Indonesia dari zaman kerajaan hingga peristiw G30S/PKI. Baca juga Spot Instagramable di Monas, Ada Taman Tersembunyi 5. Taman Monas Jika sudah puas belajar soal sejarah Indonesia di Museum Sejarah Perjuangan Nasional, wisatawan bisa melanjutkan kunjungan ke Taman Monas. Wisatawan disarankan memakai alas kaki yang nyaman agar lebih leluasa menjelajahi area Taman Monas. 6. Fasilitas olahraga Monas diketahui juga punya fasilitas olahraga, seperti lapangan futsal, lapangan voli, dan juga lapangan basket. Tersedia area tempat refleksi tubuh yang bisa dicoba secara gratis bagi para wisatawan. Baca juga 4 Cara Mudah ke Monas Naik Kendaraan Umum 7. Patung Diponegoro ADITYO PRODJO Replika lukisan Pangeran Diponegoro yang dilukis secara langsung oleh juru gambar, Adrianus Johannes Bik 1790-1972. Lukisan asli itu kini disimpan Rijsprentenkabinet di Rijkmuseum, Belanda. Selain bisa menikmati berbagai fasilitas dan berkunjung ke sejumlah tempat menarik, di kawasan Monas juga ada beberapa patung para pahlawan Indonesia, dilansir dari Jumat 13/8/2021. Misalnya Patung Diponegoro yang terletak sisi utara kawasan Monas. Patung itu dulunya adalah pemberian dari mantan Konsul Jenderal Kehormatan Indonesia di Italia, Dr Mario Pitto. Patung tersebut juga dibuat oleh pemahat Italia bernama Profesor Cobertaldo. Diponegoro adalah seorang pangeran kelahiran Yogyakarta pada 11 November 1785. Dia menjadi tokoh utama dalam Perang Jawa pada periode 1825-1830 melawan Hindia Belanda. Diponegoro dianggap berjasa dan hingga kini masih dijadikan teladan bagi masyarakat Indonesia. Baca juga Monas Buka Lagi, Catat Cara Masuk dan Jam Bukanya 8. Patung Ikada AGUSTIAN Kawasan Monas diramaikan oleh pengunjung yang berwisata pada akhir pekan ini, Jakarta Pusat, Minggu 19/6/2022. Di sebelah selatan kawasan Monas ada Patung Ikada, singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Jika patung lain di Monas menggambarkan pahlawan Indonesia, patung ini berbentuk sosok lima pemuda yang memasang bendera Merah Putih. Patung Ikada dibuat untuk mengenang salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia, yakni Rapat Raksasa Ikada pada 19 September 1945. Rapat tersebut diabadikan menjadi sebuah patung guna menandai pertama kalinya Presiden pertama RI Republik Indonesia Soekarno dan Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta bertemu dengan rakyat. Baca juga Monas Segera Buka Lagi, Berikut 8 Tempat Wisata di Sekitarnya 9. Patung MH Thamrin Di sebelah barat Monas ada Patung Muhammad Husni MH Thamrin. Sosok itu dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan asli Betawi. Patungnya dibuat oleh seniman bernama Arsono serta diresmikan pada 11 Januari 1982. Bukan hanya terkenal sebagai pahlawan nasional, MH Thamrin juga dikenal sebagai pedagang yang dermawan. Dia diketahui pernah memberikan sejumlah uang kepada keluarga Soekarno. Baca juga Aktivitas di Monas yang Buka Setelah Tutup 2 Tahun, Bisa Kulineran 10. Patung RA Kartini Pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, yakni Raden Ajeng RA Kartini, juga dijadikan patung dan dipajang di sisi barat Monas. Diketahui ada tiga buah patung yang menggambarkan Kartini tengah menari dengan gerakan berbeda. Jika Patung Diponegoro pemberian dari Italia, Patung RA Kartini di Monas ini adalah pemberian dari Pemerintah Jepang kepada Indonesia. Bukti patung RA Kartini adalah pemberian Jepang terlihat dari adanya ukiran huruf Jepang di bagian bawah patung. Baca juga Monas Buka Kembali, Bisa Naik ke Puncak Tugu 11. Patung Chairil Anwar Selain pahlawan ada juga patung seorang penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar. Patungnya diletakan di kawasan utara Monas. Bentuk patungnya setengah badan tersebut menggambarkan wajah Chairil Anwar dengan pandangan lurus ke depan. Patung berbahan perunggu tersebut juga dibuat oleh Arsono. Peresmian Patung Chairil Anwar dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta R Suprapto pada 21 Maret 1986. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Konon emas yang ada di puncak Monas didapat dari tambang ini. Bengkulu ternyata punya kekayaan alam berupa pertambangan emas di Kabupaten Lebong. Konon, emas yang ada di puncak Monas didapat dari tambang ini. MENU. detikcom Terpopuler ; Kirim Tulisan Jakarta - Monumen Nasional alias Monas menjadi salah satu icon kebanggaan Indonesia yang terletak di jantung kota Jakarta. Tapi tahukah Anda bahwa ada emas seberat 50 kg di pucuk Monas?Tugu Monas memiliki banyak cerita menarik dalam proses pembangunannya. Mulai dari pemasangan tiang pancang sampai pemasangan ya orang yang menyumbangkan emas di Monas? Sejarawan yang juga Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali mengungkapkan memang belum ada literatur pasti terkait siapa penyumbang emas untuk Monas. Namun Muhammad Teuku Markam menjadi salah satu orang yang disebut sebut menyumbangkan emas hingga 28 kilogram."Salah satu sumbangan yang paling besar dan berupa emas adalah Muhammad Markam yang memberikan, Pak Markam dari Aceh kurang lebih menyumbangkan 28 kilogram ke Bung Karno," kata dia saat dihubungi detikcom pekan dari jumlah sumbangan tersebut belum ditemukan rincian seberapa banyak emas yang digunakan untuk Tugu Monas."Apakah semua dijadikan api Monas atau tidak. Karena ada yang menyebutkan juga jika uangnya untuk dibelikan pesawat," jelas dokumen yang bisa dilansir dari situs Perpustakaan PU, 'Tugu Monas Laporan Pembangunan' yang diterbitkan 17 Agustus 1968, dituliskan lidah api di atas tugu Monas berbentuk kerucut setinggi 14 meter, dibuat dari perunggu seberat 14,5 ton yang terdiri dari 77 bagian yang disatukan, kemudian dilapis emas murni seberat lebih kurang 35 kg. Tidak disebutkan dari mana emas itu demi merayakan ulang tahun emas Republik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas agar genap 50 TU UPK Monas Endrati Fariani mengungkapkan hingga saat ini memang belum bisa dipastikan terkait siapa saja yang menyumbang untuk pembangunan pengelola Monumen Nasional mengelola 2 situs atau kawasan cagar budaya, yaitu Kawasan Monumen Nasional dan Monumen kedua monumen tersebut bertujuan untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Kemerdekaan Bangsa. kil/zlf InDo Word List - Free ebook download as Text File (.txt), PDF File (.pdf) or read book online for free.
Jakarta - Tahukah Anda berapa pastinya tumpukan lembaran emas yang digunakan untuk melapisi lidah api di puncak tugu Monumen Nasional Monas? Kepala Unit Pengelola Tugu Monas Rini Hariyani mengungkapkan jumlah emas tersebut ternyata sudah tak lagi sama dengan bobot aslinya ketika baru menuturkan, waktu dibangun pada tahun 1961, bobot emas di puncak Monas adalah 32 kilogram. “Emasnya itu awalnya beratnya 32 kilogram, tapi sekarang jadi 50 kilogram,” kata Rini di kantornya di Monas, Jakarta Pusat, Senin5/5/2014.Penambahan itu ada ceritanya. Demi merayakan ulang tahun emas Repulik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas biar genap 50 kilogram. “Pada usia 50 tahun Indonesia merdeka, ditambah lagi 18 kilogram supaya jadi 50 kg,” kata tentang asal muasal emas tersebut, Rini mengaku tak tahu sejarah pastinya. Konon, sebagian besar dari emas itu disumbangkan oleh salah satu putra daerah asal Aceh. “Pemberian saudagar dari Aceh. Tapi saya enggak tahu, enggak ada cerita sejarahnya dan enggak diberitakan kan dari mana asalnya dulu,” api atau obor di Monas mempunyai ukuran yang cukup besar, mencapai 14 meter dengan diameter 6 meter serta 77 bagian yang disatukan. Puncak yang berupa 'api yang tak kunjung padam' itu menyimbolkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih ini, ternyata emas yang melapisi perunggu seberat 14,5 ton itu juga tak pernah dibersihkan. Rini mengungkapkan tak pernah ada pemeliharaan rutin yang dilakukan pihaknya sebagai pengelola di puncak yakin bagian emasnya di puncak Monas tak perlu ikut 'dimandikan' pada saat pemerintah memandikan tugu Monas. Toh, katanya, permukaan emas itu tetap kinclong. “Enggak ada pembersihan rutin. Tapi bagian emasnya tetap cemerlang,” lapisan luar tugu yang terbuat dari marmer akan dibersihkan lewat program CSR salah satu perusahaan Jerman, Kaercher Indonesia. Pembersihan dilakukan di bagian pelataran cawan dan juga di bagian tugu mulai hari ini hingga 18 Mei. Ritual memandikan Monas terakhir kalinya dilakukan pada 22 tahun lalu. ros/vid
Bentukkobaran api dari emas murni pada puncak monas menyimbolkan - 9370539 dita576 dita576 10.02.2017 Seni Sekolah Menengah Atas terjawab Bentuk kobaran api dari emas murni pada puncak monas menyimbolkan 1 Lihat jawaban Iklan
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID d93KN-a9XHaJyoYDsIsHcYY3FP1y-os2l2O3b3ZCb_8Lalm4EI6-bg==
Saat ini, kembang api menjadi simbol perayaan hampir di seluruh dunia. Menjelang Tahun Baru, beberapa orang pun menyalakan kembang api untuk menambah keceriaan. Dilihat dari zaman Tiongkok kuno hingga Dunia Baru, kembang api telah berkembang secara signifikan. Kembang api pertama–berupa petasan mesiu–sangat

Fakta Unik Monas – Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal dengan nama Monas merupakan salah satu landmark kebanggaan dari kota Jakarta dan Indonesia. Mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975, Monas tak hanya menyimpan sejarah panjang namun juga berbagai fakta unik dan menarik. Yuk, kenali lebih dalam monumen kebanggaan masyarakat Jakarta dan Indonesia ini dengan mengintip fakta-fakta menarik seputar Monas yang masih jarang diketahui orang-orang Baca juga 9 Destinasi Wisata Alam Terbaik di Jakarta Fakta Unik & Menarik Monas 1. Makna dan Filosofi dari Desain Monas Memiliki bentuk yang sangat ikonik, ternyata desain dari Monumen Nasional ini memiliki arti yang makna filosofis yang mendalam, lho! Tiang menara monas merupakan perlambang dari “Lingga”, lambang laki-laki yang bermakna keseburuan. Sedangkan landasan pada bagian bawahnya merupakan “Yoni, lambang perempuan yang bermakna lembut dan feminin. Selain itu, kedua formasi inipun memiliki makna lain yakni alu dan lesung, perlengkapan untuk menumbuk padi, sebuah gagasan desain yang diutarakan langsung oleh Ir. Soekarno, presiden pertama Republiuk Indonesia. Ukuran-ukuran pada Monas juga sarat akan makna kemerdekaan Republik Indonesia. Tinggi pelataran cawan setinggi 17 meter melambangkan tanggal 17, tentang tinggi antara ruang museum pada bagian bawah ke dasar cawan setinggi 8 meter melambangkan bulan Agustus, dan luas pelataran berukuran 45 x 45 meter yang melambangkan tahun 1945, tanggal merdekanya Republik Indonesia. 2. Sayembara Panjang untuk Menemukan Desain Monas Desain Monas yang sarat akan makna ini tak muncul begitu saja, lho. Untuk bisa menemukan arsitek yang pas untuk merancang Tugu Monas, Ir. Soekarno kala ini membuka sayembara. Sayembara yang yang dibuka selama setahun dimulai pada 17 Februari 1955 ini diikuti oleh 51 peserta, baik kolektif maupun individu. Melalui sayembara tersebut, terpilihlah F. Silaban sebagai peserta terbaik yang juga merupakan arsitek yang merancang Masjid Raya Istiqlal. Namun kala itu ia tak mampu memenuhi persyaratan pembentukan tugu. Akhirnya dilakukanlah sayembara ulang dengan susunan juri dan dimulai pada 10 Mei 1960. Kala itu panitia sayembara menginginkan desain yang mencerminkan kepribadian dari Indonesia yang mampu membangkitkan semangat patriotik, tiga dimensi, tidak rata, menjulang tinggi, bermaterialkan beton, besi, dan pualan, serta mampu bertahan hingga tahun lamanya. Sayembara ulang ini berhasil mengumpulkan 222 peserta dengan 136 karya rancangan. Namun, dari setiap rancangan tersebut masih belum ditemukan karya yang sesuai dengan kriteria dan visi dari tim panitia. Hingga Presiden Ir. Soekarno menunjuk arsitek Soedarsono dan F. Silaban untuk membuat rancangan Tugu Nasional yang akhirnya disetujui pada tahun 1961. Sumber gambar Kompas 3. Sumber Emas pada Puncak Monas Salah satu yang terkenal dari Monas adalah keberadaan emas pada puncaknya. Namun, berapa sebenarnya berat dari emas tersebut dan darimana asal emas pada puncak Tugu Monas? Pada awalnya, puncak tugu Monas memiliki 32 kilogram emas. Belum ada sumber pasti yang bisa memastikan dari mana asal 32 kilogram emas tersebut karena banyak daerah yang menyumbangkan emas pada saat pembangunan Monas. Salah satu kisah yang dipercaya masyarakat adalah sosok Teuku Markan, seorang saudagar dari Aceh yang menyumbangkan 28 kilogram emas. Namun, tidak ada bukti sejarah yang bisa membenarkan kisah ini. Pada tahun 1995, Indonesia merayakan ulang tahun emas yakni 50 tahun kemerdekaan. Pada saat ini ditambahkanlah emas pada puncak monas menjadi 50 kilogram. Lidah api keemasan pada puncak Monas ini sendiri melambangkan semangat dari perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan. Baca juga 10 Masjid Tertua dan Paling Bersejarah di Indonesia 4. Pergantian Nama Monas Meskipun kini terkenal akan nama Monumen Nasional atau Tugu Monas, namun pada awalnya nama dari monumen ini bukanlah Monuman Nasional, lho. Berbagai bama dan julukan pernah diberikan pada monumen yang berlokasi di depan istana kepresiden tersebut. Mulai dari Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, hingga Taman Monas. Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat kini lebih banyak menyebutnya sebagai Monas sebagai bentuk singkatan Monumen Nasional. 5. Daya Tarik Monas Selain sebagai monumen dan landmark, Monas ternyata menyimpan banyak daya tarik. Apa saja yang bisa Toppers temukan saat berkunjung ke Monas? Salah satu yang paling banyak dicari wisatawan adalah pengalaman mengamati kota Jakarta dari ketinggian puncak Monas. Namun, selain itu, pada bagian bawah monas juga terdapat Museum Sejarah Nasional yang menyimpan diorama lengkap perjalanan Nusantara dari zaman kerajaan, kolonialisasi, perjuangan revolusi hingga masa kemerdekaan. Kawasan sekitar dari Monas juga dipenuhi taman-taman asri dan juga berbagai patung sosok bersejarah di Indonesia. Kawasan Monas juga dilengkapi berbagai fasilitas olahraga dan juga pusat kuliner. Sumber gambar Detik 6. Patung-Patung Bersejarah di Monas Seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya, di kawasan Monas terdapat patung-patung sosok bersejarah di Indonesia. Tepatnya, terdapat 5 buah patung yang bisa Toppers temukan di kawasan Monas. Patung tersebut adalah Patung Pangeran Diponegoro yang dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai bentuk sumbangan dari Konsul Jenderal Kehormatan, Dr. Mario, di Indonesia. Selain itu terdapat pula Patung Chairil Anwar, penyair terkenal Indonesia, Patung Mohammad Husni Thamrin, pahlawan nasional berdarah Betawi, Patung Raden Ajeng Kartini, perjuang emansipasi wanita, dan juga patung Ikada yang merupakan perlambang dari keberanian pemuda Indonesia. 7. Penolakan terhadap Monas Meskipun kini menjadi kebanggaan dari masyarakat Indonesia, ternyata pada awalnya gagasan untuk membangun Monas banyak mendapatkan penolakan khususnya dari kalangan pemuda dan mahasiswa. Pada saat itu, banyak yang memandang bahwa pembangunan Monas bersama berbagai proyek monumental lainnya tersebut merupakan pemborosan yang tak diperlukan dikarenakan usia Republik Indonesia kala itu masih sangatlah muda. Baca juga 7 Taman Kota di Jakarta untuk Mengisi Akhir Pekan Itulah berbagai fakta-fakta menarik di balik kemegahan Monumen Nasional alias Monas. Dibalik keunikan dan berbagai daya tariknya, Monas menyimpan sejarah panjang perjalanan Republik Indonesia serta perlambang dari nilai-nilai filosofis yang dalam. Makin penasaran terhadap Monas? Yuk, kunjungi langsung landmark dari Jakarta satu ini!

PltWali Kota Balikpapan, Rahmad Mas'ud langsung ikut membantu memadamkan titik api yang diikuti asap tebal
detikNews - Jakarta, Tahukah Anda berapa pastinya tumpukan lembaran emas yang digunakan untuk melapisi lidah api di puncak tugu Monumen Nasional Monas? Kepala Unit Pengelola Tugu Monas Rini Hariyani mengungkapkan jumlah emas tersebut ternyata sudah tak lagi sama dengan bobot aslinya ketika baru dibangun. Rini menuturkan, waktu dibangun pada tahun 1961, bobot emas di puncak Monas adalah 32 kilogram. “Emasnya itu awalnya beratnya 32 kilogram, tapi sekarang jadi 50 kilogram,” kata Rini di kantornya di Monas, Jakarta Pusat, Senin5/5/2014. Penambahan itu ada ceritanya. Demi merayakan ulang tahun emas Repulik Indonesia pada 1995, pemerintah saat itu menambah jumlah emas biar genap 50 kilogram. “Pada usia 50 tahun Indonesia merdeka, ditambah lagi 18 kilogram supaya jadi 50 kg,” kata Rini. Ditanya tentang asal muasal emas tersebut, Rini mengaku tak tahu sejarah pastinya. Konon, sebagian besar dari emas itu disumbangkan oleh salah satu putra daerah asal Aceh. “Pemberian saudagar dari Aceh. Tapi saya enggak tahu, enggak ada cerita sejarahnya dan enggak diberitakan kan dari mana asalnya dulu,” bebernya. Lidah api atau obor di Monas mempunyai ukuran yang cukup besar, mencapai 14 meter dengan diameter 6 meter serta 77 bagian yang disatukan. Puncak yang berupa 'api yang tak kunjung padam' itu menyimbolkan semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Selama ini, ternyata emas yang melapisi perunggu seberat 14,5 ton itu juga tak pernah dibersihkan. Rini mengungkapkan tak pernah ada pemeliharaan rutin yang dilakukan pihaknya sebagai pengelola di puncak tugu. Rini yakin bagian emasnya di puncak Monas tak perlu ikut 'dimandikan' pada saat pemerintah memandikan tugu Monas. Toh, katanya, permukaan emas itu tetap kinclong. “Enggak ada pembersihan rutin. Tapi bagian emasnya tetap cemerlang,” imbuhnya. Adapun lapisan luar tugu yang terbuat dari marmer akan dibersihkan lewat program CSR salah satu perusahaan Jerman, Kaercher Indonesia. Pembersihan dilakukan di bagian pelataran cawan dan juga di bagian tugu mulai hari ini hingga 18 Mei. Ritual memandikan Monas terakhir kalinya dilakukan pada 22 tahun lalu. ros
MunculKobaran Api dari Retakan Longsor di Banjarnegara, Warga Sebut Tanda Kiamat. Rabu, 12 Desember 2018 15:07 WIB. Tribun Jateng
JAKARTA, - Tugu Monumen Nasional Monas yang terletak di pusat Kota Jakarta dibangun oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, untuk mengenang perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Di pucuk monumen setinggi 132 meter itu terdapat konstruksi lidah api yang dibalur emas sebagai lambang semangat bangsa Indonesia yang tak pernah Api Kemerdekaan Harian Kompas pada Juli 1996 menulis, lidah api di puncak obelisk Monas, yang kemudian disebut Lidah Api Kemerdekaan, merupakan pengejawantahan langsung dari gagasan Soekarno. Lidah api dianggap sebagai perwujudan kepribadian bangsa Indonesia ia dinamis, bergerak, dan berkobar. Baca juga Kado Ulang Tahun Ke-494 Jakarta, Lonjakan Covid-19 hingga RS Terancam Kolaps Saat pertama kali dibuat, Lidah Api Kemerdekaan dilapisi emas seberat 35 kilogram, seperti dilansir situs majalah anak-anak Bobo. Namun, pada tahun 1995 ketika Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-50, lapisan emasnya ditambah menjadi seberat 50 kilogram. Sebagian besar dari emas pelapis lidah api tersebut disumbangkan oleh saudagar kaya dari Nanggroe Aceh Darussalam, Teuku Markam. Sosok Teuku Markam Catatan Teuku Markam merupakan pria kelahiran Panton Labu, Aceh Utara, di tahun 1925. Ia dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan juga Gubernur DKI Jakarta dan Kontroversinya Riwayat Penggusuran pada Era Gubernur Wiyogo, Jokowi, dan Ahok Sebelum banting setir menjadi saudagar, Teuku Markam pernah berdinas di militer. Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik Indonesia, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa. Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Karkam. Namun karena kedetakannya dengan Soekarno, nasib Teuku Markam berubah drastis di era rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto. Dirinya pernah dijebloskan ke dalam penjara pada tahun 1966 karena dituding sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia PKI. Baca juga Kontroversi Pajak Judi Ali Sadikin dan Manfaatnya bagi Pembangunan Kota Perusahaannya diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari Persero. Tahun 1966, dirinya pernah dipenjara oleh Orde Baru tanpa proses pengadilan. Perusahaannya, Markam kemudian diambil alih pemerintah dan menjadi cikal bakal BUMN bernama PT Berdikari Persero. Penulis Muhammad Idris, Vitorio Mantalean Editor Muhammad Idris, Sabrina Asril Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. MJTpu.
  • gpdqo06jyv.pages.dev/357
  • gpdqo06jyv.pages.dev/102
  • gpdqo06jyv.pages.dev/42
  • gpdqo06jyv.pages.dev/299
  • gpdqo06jyv.pages.dev/424
  • gpdqo06jyv.pages.dev/306
  • gpdqo06jyv.pages.dev/282
  • gpdqo06jyv.pages.dev/409
  • bentuk kobaran api dari emas murni pada puncak monas menyimbolkan